Definisi Vulva Hygiene
Vulva Hygiene
merupakan salah satu perasat Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene yang biasa
diberikan pada pasien wanita yang tidak dapat melakukan vulva hygiene sendiri
karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan atau karna merupakan
tindakan terkoordinasi denga perasat lain seperti pada pemesiksaan dalam pada
Asuhan kebidanan ibu hamil atau ibu inpartu.
Dalam pelaksanaannya, Vulva hygiene mempunyai prosedur tetap yang dilakukan secara teoritis yang merupakan tindakan keperawata yang memerlukan strategi pelaksanaan.
Dalam pelaksanaannya, Vulva hygiene mempunyai prosedur tetap yang dilakukan secara teoritis yang merupakan tindakan keperawata yang memerlukan strategi pelaksanaan.
Adapun
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan meliputi :
A. Proses
keperawatan :
1. Kondisi
klien
2. Masalah
3. Tujuan
khusus
4. Tindakan
keperawatan
B. Strategi
Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orientasi
a. Salam
teapeutik
b.
Evaluasi/validasi kondisi klien
c. Kontrak :
topic / waktu / tempat
2. Kerja :
sesuai komunikasi untuk langkah-langkah tindakan keperawatan
3. Terminasi
a. Evaluasi
respon klien
1) Evaluasi
subjektif (wawancara dan pertanyaan)
2) Evaluasi
ojektif (observasi)
b. Tindakan
lanjut
c. Kontrak
yang akan dating : Topik / waktu / tempat
Hygiene vulva
1.1 Defenisi
Hygiene
berasal dari bahasa Yunani yang berarti sehat
Vulva adalah organ ekternal
genetinal wanita.Yang terdiri dari atas mons veneris, labia mayora, labia
minora, klitoris, vestibulum (introitus vagina, urethra, ductus bartolini,
ductus scene kiri dan kanan).
Hygiene vulva adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan organ eksternal genetalia wanita.Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh klien yang tidak mampu secara mandiri dalam membersihkan vulva. Juga merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dalam prosedur asuhan kebidanan seperti, pemeriksaan dalam pada masa inpartu, pengambilan secret vagina dan lain lain.
1.2 Tujuan :
Hygiene vulva adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan organ eksternal genetalia wanita.Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh klien yang tidak mampu secara mandiri dalam membersihkan vulva. Juga merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dalam prosedur asuhan kebidanan seperti, pemeriksaan dalam pada masa inpartu, pengambilan secret vagina dan lain lain.
1.2 Tujuan :
1. Menjaga kebersihan vulva
2. Mencegah terjadinya infeksi
pada vulva
3. Mencegah masuknya
mikroorganisme pada urogenital tractus
1.3 Prinsip kerja dan indikasi :
1.
Menggunakan prinsip kewaspadaan universal/baku :
adalah penggunaan pembatas fisik, mekanik, atau kimiawi antara mikroorganisme
dan individu, merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah penularan
infeksi (pembatas membantu memutuskan rantai penyebaran penyakit), contoh :
• Setiap orang
(pasien atau petugas kesehatan) ssangat berpotensi menularkan infeksi.
• Cuci tangan; tindakan yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang)
• Cuci tangan; tindakan yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang)
• Pakai sarung
tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, selaput lendir
(mukosa), darah, cairah tubuh (termasuk secret vagina), atau instrument yang
kotor dan sampah terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan invasive.
2.
Asuhan sayang ibu : adalah asuhan yang
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu, contoh :
• Panggil ibu
sesuai dengan namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai dengan martabatnya
• Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhantersebut.
• Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhantersebut.
• Anjurkan ibu
untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
• Dengarkan dan
tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
• Secara
konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik Hargai privacy ibu
Komponen Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Vulva Hygiene :
1. Fase Orientasi
a. Salam
Terapeutik
b. Evaluasi/validasi
kondisi klien
c. Kontrak :
topic/waktu/tempat
2. Fase Kerja
a. Persiapan Alat :
1) Waskom
2) Sabun
3) Waslap
4) Kapas savlon
5) Selimut mandi
6) Alas bokong
7) Bedpan/pispot
8) Sarng tangan
bersih
9)
Scerem/sampiran
10)
Nierbecken/bengkok
b. Cara kerja/Pelaksanaan
1) Jelaskan
tujuan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
2) Cuci tangan
3) Sambil
berkomunikasi pasang sampiran dan tutup pintu ruangan, dekatkan peralatan
4) Sambil berkomunikasi, atur posisi pasien pada posisi Dorsal recumbent
4) Sambil berkomunikasi, atur posisi pasien pada posisi Dorsal recumbent
5) Sambil
berkomunikasi pasang alas bokong dan letakkan bedpan dibawah bokong pasien
6) Sambil
berkomunikasi, pasang selimut mandi dengan salah satu sudut berada diantara
kedua
kaki, kemudian
lilitkan kedua ujung kiri dan kanan di masing-masing paha klien
7) Isi waskon
dengan air hangat 410C – 430C
8) Tepatkan
waskonberisi air dan kapas savlon kedekat pasien
9) Sambil
berkomunikasi fleksikan lutut pasien
10) Pasang
sarung tangan
11) Sambil
berkomunikasi angkat selimut mandi yang menutupi genetalia, letakkan diatas
abdomen
12) Cuci dan
keringkan paha atas
13) Cuci labia
mayora dengan kapas savlon
14) Sambil
berkomunikasi, dengan tanga yang tidak dominan renggangkan labia mayora
15) Sambil
berkomunikasi, dengan memakai tangan dominan lakukan vulva hygiene dengan kapas
savlon dari atas kebawa, mulai dari sisi luar kiri kanan menuju ketengah
(minimal 5 kali usapan), setiap kapas savlon hanya dipakai untuk satu kali
usapan lalu buang.
16) Sambil berkomunikasi, cci are pubik menuju ke anus dengan gosokan lembut menggunakan kapas savlon/waslap
16) Sambil berkomunikasi, cci are pubik menuju ke anus dengan gosokan lembut menggunakan kapas savlon/waslap
17) Jika klien
mengunakan bedpan, siramkan air hangat ke atas area perineum
18) Sambil
berkomunikasi, keringkan daerah perineum dengan handuk
19) Sambil
berkomunikasi, letakkan kembali sudut selimut mandi diantara kedua paha
20) Sambil
berkomunikasi, angkat bedpan dan bantu pasien ke posisi miring
21) Sambil
berkomunikasi, bersihkan daerah anus dengan gosokan lembut mengunakan waslpa
dari arah vagina menuju kearah anus sampai bersih dan keringkan dengan handuk
22) Lepas sarung
tangan
23) Sambil
berkomunikasi, bantu klien kembali keposisi semula
24) Sambil
berkomunikasi, angkat selimut mandi dan alas bokong
25) Sambil
berkomunikasi pasang selimut dan rapikan pasien
26) Cuci tangan
27) Catat hasil
tindakan (jumlah dan karakter secrat dan kondisi genetalia)
3. Fase
terminasi
a. Evaluasi
respon klien :
1) Evaluasi
subjektif
2) Evaluasi
objektif
b. Tindak lanjut
klien
c. Kontrak :
topic/waktu/tempat
Sikap :
- Hati-hati,
jangan sampai melukai kulit pasien
Hal-hal yang
perlu diperhatikan selama hygiene vulva :
1. Amati mons
veneris untuk :
a. Pola
pertumbuhan rambut (karakteristik kelamin sekunder)
b. Adanya
pediculosis (infeksi kutu/tuma pada kulit rambut)
2. Inspeksi
labia mayora dan perineum untuk :
a. Ukuran dan
bentuk normal (dapat bervariasi dari individu ke individu)
b. Pembengkakan
labia terlokalisasi, edema, kista kecil (pembengkakan pada labia terlokalisasi
dapat disebabkan oleh abses atau kista bartolin; edema pada labia dapat
diakibatkan reaksi allergy; kista kecil dapat berupa kista sebasea (tumor
dengan kapsul membranous yang didalamnya terdapat lemak dan debris epitel/jrg
epitel yang mati)
c. Perubahan
warna dan nyeri tekan
d. Varikositis
(membengkak atau melebar; pada vena varikosis a/ keadaan vena yg mengalami
distensi dan berbelit-belit/berkelok-kelok
secara abnormal)
e. Lesi,
vesikel, ulserasi, kerak (kemungkinan ulkus, sipilis, herpes)
f. Kondilomata
(biasanya berupa sifilis kondilomata akuminata yg disebabkan oleh
humanpapillomavirus, yg paling umum ditularkan secaraseksual dan diperburuk dgn
peningkatan sekresi vagina selama hamil)
g. Jaringan
parutepisiotomy atau jaringan parut akibat laserasi perineum yang sudah sembuh
atau belum sembuh
3. Inspeksi
labia minora untuk melihat :
a. Ukuran dan
bentuk normal
b. Peradangan, dermatitis,
iritasi, atau adanya rabas lengket pada lipatan antara labia mayora dan minora
(dapat mengidentifikasikan infeksi vagina atau hygiene yang buruk)
c. Perubahan
warna dan nyeri tekan
d. Fistula
(lintasan abnormal antara dua rongga atau antar rongga dan permukaan tubuh,
mis; fistula rectovaginal/lubang antara vagina dan rectum yg biasa terjadi
karena laserasi badan perineum yang berat dan/atau yang di abaikan, dan
vesicovaginal/lubang antara kandung kemih dan vagina yang mungkin terjadi
karena partus macet yang diabaikan
e. Fisura
(setiap celah baik normal ataupun tidak,
f. Vesikula
herpes (tonjolan kecil berbatas tegas pada epidermis yang mengandung cairan
serosa; lepuh kecil dalam hal ini disebabkan karena adanya herpes)
g. Kankre (lesi
akibat garukan)
4. inspeksi
klitoris untuk melihat :
a. perlekatan
dengan labia minora
b. pembesaran
(kemungkinan kondisi maskulinisasi)
5. inspeksi
orifisium urethra untuk melihat :
a. pertumbuhan
polip, caruncula (pertumbuhan polipoid yang berwarna gelap, pada membrane
mukosa meatus urinarius wanita)
b. iritasi,
dilatasi (dapat merupakan infeksi traktur urinarius yang berulang atau
insertion benda asing)
c. fistula (F.
vesicovaginal)
6. inspeksi
introitus vagina untuk melihat :
a. hymen atau
sisa-sisanya (karungkulus mirtiforme)
b. rabas vagina
(dapat merupakan indikasi vaginitis)
c. perubahan
warna dan nyeri tekan
d. jaringan
parut laserasi yang lama
e. pertumbuhan
abnormal
f. pistula
g. fisura
h. prolapse
uteri
i. perhatikan
apakah introitus nulipara, para atau memiliki celah
Data Subyektif
Biodata
Nama
Pasien : Ny. Nurlina Nama Suami : Tn. Agi Alhati
Umur : 25 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SI. Ekonomi Pendidikan : SI. Ekonomi
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Pekerjaan : Karyawan Pusri
Alamat : Jl.
Merpati Alamat : Jl.
Merpati
Diagnota
: G1P1A0
hamil
38 minggu dengan Peb
Difinisi
PEB : Adalah / merupakan komplikasi yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
≥160/110. Disertai protein, unne, dan atau edema., Pada kehamilan 20 minggu
atau lebih
Etiologi
Penyebab
pasti terjadinya Preklamsi masih belum diketahui. Penyakit ini dianggap sebagai
sesuatu yang dikaitkan dengan komponen genetic meskipun mekanisme actual masih
diperdebatkan. Prelaksi juga dikaitkan dengan mekanisme plasentasi namun,
preklamasi tidak selalu muncul dalam keadaan pasiologis plasenta.
Referensi
Anonim
, 2012, Vulva Hygginiene : Http://Senbd.com
diakses tanggal 14 mei 2012, jam 14-54 wib
Dr.Ida
, dkk 2009. Edisi 2 , Jakarta : EGC
Johnson,
Ruth 2005, Buku ajar praktik Kebidanan , Jakarta : Penerbit baru Kedokteran
ECG.
Rohani,
SST dkk 2011 Asuhan Kebidanan Pada masa Persalinan Jakarta 2 Salemba medika ,
Abadi Et al , 2008 : Shah 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar